Bupati Askolani Ajak Semua Pihak Jaga Mangrove Banyuasin Sebagai Paru-Paru Dunia
BANYUASIN | Populinews.com — Bupati Banyuasin H. Askolani mengajak semua pihak termasuk masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan mangrove di sepanjang pantai muara Sungsang, yang dikenal dengan hutan bakau di Taman Nasional Sembilang (TNS) Sumatera Selatan. Hutan bakau di wilayah ini terbesar di Dunia, dan sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Ajakan itu diutarakan Bupati Banyuasin H Askolani saat bersama Gubernur Sumsel H. Herman Deru menanam Mangrove di Desa Muara Sungsang Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Senin (3/8/2020).
Manfaat lainnya adalah untuk mencegah Intrusi Air Laut, Erosi dan Abrasi Pantai serta sebagai tempat hidup dan sumber makanan biota laut dan pantai. “Hutan bakau di TNS ini paru-paru dunia, mari kita jaga kelestariannya,” ujar Askolani
Penanaman pohon mangrove ini dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke- 75 dan Memperingati Hari Mangrove Se-dunia.
Disisi lain, hutan mangrove TNS ini menyimpan sejuta pesona sehingga menjadi lokasi pariwisata yang cukup menarik.
“Berjuta burung Siberia pada bulan Oktober-Desember migran ke TNS, ini jadi daya tarik tersendiri, “katanya.
Mangrove di TNS di dominansi oleh jenis mangrove Exoceria agallocha sebesar 99,94%, nilai kerapatan relatif tertinggi 98,4%. Jenis mangrove Exoceria agallocha memberikan pengaruh dan peranan yang besar dalam komunitas mangrove di Taman Nasional Sembilang.
Gubernur H.Herman Deru juga mengatakan ekosistem mangrove merupakan sumberdaya lahan basah wilayah pesisir dan sistem penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi, oleh karena itu perlu upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
Ekosistem mangrove juga merupakan bagian integral dari pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu dengan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Perlu koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor, instansi dan lembaga dalam pemeliharaan ekosistem mangrove.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional tahun 2019 luas mangrove Indonesia kurang lebih 3,31 juta hektar, dimana seluas kurang lebih 2,67 juta hektar (81%) ekosistem mangsove dalam kondisi baik dan seluas 0,67 juta hektar (19%) dalam kondisi kritis.
” Untuk provinsi Sumatera Selatan, luas mangrove kurang lebih 158,734 Hektar yang tersebar di Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, ” kata Herman Deru.
Berbagai kajian akademik secara konsisten menunjukkan bahwa kehilangan mangrove terbesar di Indonesia dipicu oleh perluasan lahan tambak yang sangat masif. Selain itu juga disebabkan alih fungsi lahan menjadi pemukiman, perkebunan, sarana infrastruktur, penebangan illegal, serta pencemaran limbah.
Peringatan Hari Mangrove Sedunia ini ditandai dengan penanaman 2020 batang Mangrove di setiap provinsi secara bersama-sama, dalam upaya membangun sinergi dan sinkronisasi lintas sektor dalam pengelolaan ekosistem mangrove.
” Harapannya, dapat terpeliharanya fungsi dan manfaat mangrove bagi kehidupan, antara lain sebagai pelindung dari abrasi air laut; penyangga dan pencegah intrusi air laut; penyimpan karbon; fungsi ekowisata dan mitigasi bencana, ” kata Deru. (dm)
Editor: Dahri Maulana