Populinews.com | Palembang – Masa pandemi memberi dampak bagi seluruh sektor usaha masyarakat, tak terkecuali petani hidroponik. Mereka yang sebelumnya belum pernah bersentuhan dengan teknologi, mulai merambah dunia digital untuk memasarkan produknya.

Seperti yang dilakukan Adie Alqodery (42) warga Kalan Meriam, Lorong Karya IV, Kelurahan Sekip Ujung, Kemuning, Palembang. Dia sudah memulai bisnis itu sejak 2012 atau bisa dibilang pioneer hidroponik di kota pempek. Dia mengubah profesi petani dengan kesan tradisional menjadi bisnis modern dan menjanjikan.

Konsistensi Adie akhirnya membuahkan hasil. Dia kerap diundang sebagai pemateri bagi masyarakat hingga instansi pemerintahan yang ingin belajar lebih banyak terkait agribisnis modern itu. Bahkan, kini dia mendirikan kelompok yang bernama Green Corner Hydroponic Palembang yang kini memiliki 20 mitra petani dengan jumlah lobang per orang mencapai 1.000 titik tanam.

Adie telah melalui berbagai pesan dan banyak pengalaman untuk mengajak masyarakat menggunakan teknologi dalam bercocok tanam dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Terlebih, masyarakat perkotaan memiliki lahan sempit sehingga sempat dipandang sebelah mata.

“Alhamdulillah, lama-kelamaan, orang banyak tertarik. Lahan sempit tidak masalah karena hidroponik tidak mengenal tempat,” ungkap Adie, Sabtu (24/10).

Delapan tahun menggeluti usaha itu, Adie kini tak hanya memasok sayuran hidroponik, melainkan juga penyedia instalasi dan sarana pelatihan untuk teknik bercocok tanam hidroponik. Dia juga dikenal pemasuk sayuran hidroponik pertama di Palembang karena sebelumnya masih dipasok dari Jakarta, Bandung, dan Medan.

“Alhamdulillah, bisnis ini sangat menjanjikan dan menguntungkan. Banyak mitra saya sudah menikmati hasilnya,” kata dia.

Saat ini terdapat 12 jenis sayuran yang ditanam Adie di green house seluas 300 meter persegi, mulai dari sayur bayam, kangkung, kailan, kale, hingga selada. Sayuran segar ini dipasok ke pasar tradisional, pasar swalayan, toko ritel, hotel, hingga restoran di Palembang.

“Sawi-sawian seperti sawi sendok atau pakcoy dan caisim paling banyak permintaan dari restoran, untuk selada diminati perhotelan, dan sayuran jenis lain dipasok ke pasar tradisional atau rumah tangga,” kata dia.

Adie mengaku usahanya sempat terpengaruh akibat pandemi Covid-19 ditambah penerapan pembatasan sosiap berskala besar (PSBB) di Palembang beberapa bulan lalu. Permintaan sayuran dari hotel dan restoran memgalami penurunan drastis.

Beruntung dia masih terbantukan dengan konsumsi dari kelompok pelanggan rumah tangga sehingga sedikit menutupi kerugian dari pangsa hotel dan restoran. Hanya saja, masyarakat tidak berani keluar rumah karena khawatir terpapar corona.

Dari situlah dia memanfaatkan tekonologi komunikasi dalam memasarkan hasil produksinya. Adie mengalihkan fokus penjualan ke platform media sosial Facebook, WhatsApp dan Instagram. Usaha itu ternyata berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan hingga 40 persen dibanding penjualan konvensional.

Awalnya dia memakai akun Facebook pribadi untuk sekadar memposting foto kegiatan berkebun dan foto sayuran hidroponik yang berhasil ia tanam. Seiring berjalannya waktu, kian banyak orang yang tertarik dengan postingan Adie dan mulai bertanya hingga akhirnya membeli.

Dari situ, ia menyadari potensi besar media sosial untuk mengembangkan bisnis hidroponiknya ke tingkat selanjutnya. Untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas, bisnis Adie hadir di Facebook melalui halaman Green Corner Hydroponic Palembang.

“Saya coba mempelajari fitur-fitur yang ada di Facebook itu. Ketemulah fitur Facebook Page dan saya buat. Saya siapkan page dengan memasukkan nomor handphone dan alamat. Semua terhubung pada akhirnya,” jelasnya.

Dalam upayanya untuk memudahkan pelanggan, ia tak lupa menautkan halaman bisnisnya dengan akun WhatsApp sehingga pelanggan tidak perlu menyimpan kontak terlebih dahulu tetapi dapat langsung mengklik tombol berlogo WhatsApp untuk memulai percakapan. Poses jual beli sayuran hidroponik terjadi secara lintas platform Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

“Waktu masyarakat sekarang lebih banyak di rumah, itu saya manfaatkan menjual secara online. Banyak juga warga yang belajar berkebun dan akhirnya berhidroponik, mereka nyaman melihat tanaman di pot-pot pipa di depan rumahnya,” tutupnya. (dm)

Penulis : Dahri Maulana

 

Bagikan :