Dedi Suryadi (31) Kurir Paket COD saat beraktivitas membawa paket pesanan pembeli online untuk diantar. (f/dm)

PALEMBANG | Populinews.com — Menjelang fajar, Dedi Suryadi (31) bergegas membawa sepeda motornya keluar rumah. Kuda besi matik 150cc tersebut sudah penuh diisi bensin malam sebelumnya. Dedi pun mengeluarkan tas samping yang disampirkan di sisi motornya untuk diisi barang nanti.

Usai kendaraannya siap gas, pukul 07.00 setiap harinya Dedi mulai mendatangi para penjual daring yang memakai jasa kurirnya. Dirinya memprioritaskan para penjual yang jaraknya dekat dengan rumahnya di pinggiran kota Palembang.

Pekerjaan yang dijalaninya sebagai kurir paket dalam kota mewajibkannya memiliki tas samping tersebut sebagai kelengkapan. Aktivitas Dedi, dalam dunia internet lazim dengan istilah Kurir COD, yakni singkatan dari Cash on delivery.

Maksud dari Cash on delivery yaitu pembayaran dalam transaksi jual beli tersebut dilakukan secara tatap muka antara kurir langsung dengan pemilik barang (penjual), yang nantinya kurir akan menagih kepada pembeli (pemesan) barang setelah diantar. Tentu saja, kepada pemesan kurir langsung menambahkan ongkos kirim (Ongkir) plus nilai barang yang diantarkan.

Pada saat COD dilakukan, pembeli dapat secara langsung melihat barang yang ia pesan. Jika sesuai, pembayaran dilakukan pemesan saat itu juga. Jika ‘salah’ atau tidak sesuai pesanan, pembeli boleh menolak, dan Dedi boleh mengembalikan barang tersebut kepada penjualnya, sembari meminta uangnya kembali.

“Sudah hampir setahun jadi kurir,” ujar Dedi seraya menerima barang dari, Kiki Online Shop, salah satu penjual hijab daring di kawasan Sukajadi Km 14 Banyuasin Sumsel, pekan lalu, yang menjadi langganannya.

Dedi memulai profesi sebagai kurir antar barang selepas berhenti bekerja sebagai sales counter di perusahaan ekspedisi. Bapak anak satu tersebut berhenti karena enggan dimutasi ke Bekasi.

Adiknya memperkenalkan Dedi kepada profesi yang sekarang dicintainya tersebut pada November 2019 dengan bergabung bersama PT Kurir Pribadi Palembang (KPP). Namun semenjak Februari 2020, Dedi keluar dari perusahaan dan mulai menjalani pekerjaan tersebut secara mandiri dengan modal kepercayaan.

Jeblok Dihantam Covid

Saat Covid-19 mulai menyebar di Indonesia, khususnya Palembang, pendapatan Dedi jeblok hingga harus makan tabungan. Bulan-bulan awal pandemi, Maret hingga April, menjadi ujian terberatnya karena jasa kurir berkurang peminat akibat penjualan daring pun sempat sepi. Pernah satu hari Dedi hanya menerima empat paket yang mesti diantar, tak jarang dalam nihil paket yang diantar.

“Setelah keluar dari perusahaan itu masih lah ada. Tapi pas mulai corona, PSBB, lockdown, itu benar-benar sepi. Biasanya minimal sehari itu ada 10 paket, kadang juga tidak ada sama sekali. Ya gimana orang juga kan mungkin uangnya dipakai untuk sehari-hari, belanja berkurang,” kata dia.

Dedi sempat beralih menjadi sopir ojek online selama masa sepinya pelanggan tersebut. Meski bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, aku Dedi, keuntungan menjadi sopir ojek online tidak sebasah mengantar paket.

Masa Mei hingga Juni pelanggan pun kembali ramai. Dirinya pun kembali fokus menjadi pengantar paket dalam kota. Meskipun kondisi sebelum dan selama pandemi berbeda, namun animo pengantaran paket kembali ramai seperti sebelumnya.

Sistem kerja kurir antar barang dalam kota sebagian besar bermodal kepercayaan, sisanya wawasan mengenai setiap jalan yang ada di Palembang dan cara menghadapi pembeli.

Setiap pagi Dedi berangkat ke sejumlah penjual daring yang bakal menitipkan barangnya untuk diantar. Dedi merekapitulasi jumlah barang yang akan diantar beserta nilai barang tersebut. Setelah dijumlah, Dedi menyerahkan uang talangan sejumlah nilai dan jumlah barang yang akan diantar kepada pembeli.

Jumlah uang talangan yang biasa dikeluarkannya berkisar antara Rp2-4 juta per hari. Modal untuk uang talangan yang pertama disiapkannya sebesar Rp3 juta.

Setelah mengumpulkan barang dari para penjual, Dedi kembali ke rumah untuk menyusun barang yang akan diantar. Barang disusun sesuai rute yang akan ditempuhnya setiap hari. Selepas pukul 12.00, Dedi pun berangkat untuk mengantarkan barang. Jarak yang biasa ditempuhnya perhari bisa mencapai 50-100 kilometer. Dari setiap barang yang diantarnya, dirinya mendapatkan upah ongkos kirim Rp10 ribu per tujuan.

Rata-rata dirinya bisa menerima belasan paket untuk diantar, paling banyak mencapai 30 paket. Bila sehari dirinya mendapatkan Rp150-200 ribu dari upah ongkos kirim, dipotong Rp30 ribu untuk bensin dan Rp30 ribu untuk makan, maka sehari dirinya dapat mengantongi Rp90-140 ribu upah bersih. Dengan kerja enam hari per pekan, rata-rata penghasilan yang diterimanya perbulan mencapai Rp2,5 juta.

“Sebenarnya tidak terlalu menghitung penghasilan, tapi yang pasti kebutuhan rumah tangga aman dan uang talangan bertambah,” kata dia.

Dulu selama bekerja di perusahaan, dirinya menerima gaji Rp2,4 per bulan dengan uang makan per hari Rp50 ribu. Meskipun penghasilannya saat ini menurun dibandingkan dengan saat bekerja di perusahaan, dirinya lebih nyaman karena bekerja sendiri dan tanpa ikatan dan tekanan dari perusahaan. Namun dengan bekerja mandiri, kepercayaan yang perlu dibangun dan dipertahankan dengan para penjual daring sebagai pelanggan harus lebih dijaga.

Dedi membangun kepercayaan kepada para penjual online dengan selalu menepati komitmen yang telah ditawarkan sebelumnya. Dirinya berkomitmen untuk mengirim paket dari penjual kepada para pembeli di hari yang sama barang diterima maksimal pukul 18.00 setiap harinya. Setiap pengantaran paket pun wajib sampai, meskipun kendala teknis di lapangan terkadang ditemuinya.

“Kadang ban kempes bocor itu sudah biasa. Kadang juga pembeli yang tidak ada di lokasi tujuan. Itu macam-macam yang seperti itu selalu ada kendalanya,” kata dia.

Dirinya pun terkadang menombok, uang yang diterimanya tidak sesuai dengan yang sesuai dengan perhitungan awal. Pembeli yang enggan menerima barang pun menjadi salah satu hal yang menyebabkan dirinya merugi. Namun hubungan kepercayaan yang dibangunnya bersama penjual menyebabkan hal-hal tersebut bisa diatasi. Dia bisa berkompromi apabila ada pembeli yang enggan menerima dan membayar barang, paket dikembalikan kepada penjual.

Menghadapi pembeli pun, ujar Dedi, tidak selalu sama. Perangai pembeli yang berbeda-beda, harus ditanganinya dengan cara lain pula. Biasanya, dirinya mengonfirmasi terlebih dahulu kepada pembeli sebelum mengantarkan paket ke tujuan. Ada pembeli yang sudah terbiasa membeli barang online dengan sistem pembayaran di tempat atau dikenal dengan cash on delivery (COD) seperti yang ditawarkannya. Ada pula pembeli yang memiliki banyak alasan untuk tidak menerima barang yang diantarkannya tersebut.

“Ada yang marah-marah, tidak tahu barang akan dikirim hari itu. Ada yang menolak diantarkan karena belum punya uang, atau mau mudi, macam-macam alasan anehnya. Malah ada yang barang dibuka, terus karena kata dia jelek dia nggak mau bayar. Padahal sudah pesan barang yang sama. Yang kaya gitu selalu ada, tergantung kitanya menghadapi,” tutur Dedi.

Dalam mencari pelanggan baru, Dedi rajin memantau media sosial Facebook tempat banyaknya para penjual daring yang memasarkan barangnya dengan cara live stream. Dedi mengontak penjual dan menawarkan jasa kurirnya. Tak sedikit yang menolak karena sudah memiliki kurir yang sudah dipercayainya. Namun bila penjual daring sudah mulai memakai jasanya, tak jarang pula yang terus memakai jasanya tersebut. Kepercayaan menjadi modal penting menjalankan usaha jasa kurir tersebut.

“Kebanyakan yang menolak karena sudah terlanjur nyaman dan percaya dengan kurir lain. Kita juga seperti itu, makanya menjaga kepercayaan itu penting karena kalau sudah sekali saja percaya, penjual itu akan terus pakai jasa kita. Sedikit demi sedikit kita cari pelanggan baru, tapi yang lama tidak boleh ditinggalkan karena mereka yang sudah percaya dengan kita,“ kata dia.

Namun tak sedikit juga penjual daring yang beralih dari kurir lain menjadi memakai jasa Dedi. Sebagian mengaku kecewa dengan pelayanan kurir lain.

Selain dengan sesama kurir pribadi, dirinya pun bersaing dengan kurir yang bergabung dengan perusahaan. Perusahaan kurir memiliki penawaran yang lebih baik daripada para kurir yang bekerja mandiri. Kebanyakan perusahaan kurir menawarkan uang kembali atau cash back kepada para penjual online yang memakai jasa.
Manajemen keuangan yang dilakukan perusahaan memungkinan sistem uang kembali dilakukan, namun sulit diterapkan oleh kurir pribadi yang hanya mengandalkan uang pribadinya tanpa ada modal tambahan dan manajemen keuangan lebih lanjut.

Dedi mengaku tidak bisa berbuat lebih banyak apabila calon pelanggannya menanyakan ada tawaran cash back atau tidak. Dirinya mengaku bisa memberikan cash back namun tidak sebanyak yang ditawarkan oleh jasa kurir perusahaan

“Kalau kita menawarkan jasa, sering ada yang nanya ‘ada cash back gak’, kalau sudah cash back yang dilihat kita nggak bisa apa-apa. Kita kasih, tapi seadanya. Tapi banyak juga pelanggan saya yang menolak dikasih cash back, karena buat mereka yang penting paket sampai tepat waktu,” ungkap Dedi.

Menggunakan jasa kurir paket dalam kota sudah menjadi barang sehari-hari untuk Kiki Wulandari (31). Kiki, yang merupakan penjual yang menggunakan fitur lice Facebook, telah menggunakan jasa antar paket yang ditawarkan Dedi sejak masih bergabung dengan perusahaan. Setelah Dedi menjalankan jasa tersebut secara mandiri tanpa ikatan perusahaan, Kiki enggan berpaling ke jasa kurir lain karena terlanjur kecantol.

Kiki mengaku enggan berjudi dengan menggunakan jasa kurir lain yang belum dikenalnya dibandingkan bersama Dedi yang sudah hampir setahun menjadi mitra yang diandalkan untuk mengirim seluruh paket jualannya.

“Sempat ada beberapa perusahaan kurir juga menawarkan jasa yang sama, mereka iming-imingnya cashback sampai 10 persen dari jumlah paket per bulan. Buat saya yang penting paketnya sampai di pembeli. Kalau cashback dapat tapi kurir yang mengantar juga tak benar itu mempengaruhi kepercayaan pembeli ke saya,” kata Kiki.

Kepercayaan yang terbangun antara Kiki dan Dedi tidak bisa terjalin dengan instan. Kepercayaan yang dijaga membuat periuk nasi masing-masing dari mereka tetap terisi. Kurir yang terpercaya dan bisa memegang komitmennya merupakan salah satu kunci pedagang daring tetap bisa langgeng dan menambah konsumennya.

Peran kurir dalam kota menjadi sentral dalam bisnis kekinian yang menuntut kurangnya tatap muka antara penjual dan pembeli. Kurir menjadi jembatan yang harus kokoh agar roda perekonomian khususnya pedagang kecil masih bisa berputar.

Dedi dengan optimis berujar, selama kepercayaan yang dijajakannya tetap dijaga kualitasnya oleh para kurir, penjual konvensional yang masih membutuhkan lapak fisik pun akan beralih ke lapak daring.

“Mungkin yang jualan emperan atau di pasar tidak akan hilang, tapi jualan online bakal makin banyak. Kita juga sebagai kurir harus menjaga kepercayaan. Bukan cuman kepada penjual online yang jadi pelanggan kita, tapi juga ke pembeli. Kita jadi wakilnya penjual untuk tetap meyakinkan kalau belanja online dengan cara kita sangat aman,” papar Dedi. (dm)

Penulis : Dahri Maulana

Bagikan :