POPULINEWS – Tidak banyak sekolah, hotel dan mall di Palembang yang menerapkan energi ramah lingkungan. Dari puluhan sekolah, baru ada satu sekolah yang mau menggunakan energi terbarukan ramah lingkungan, yakni dengan memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. Demikian pula dengan Mall dan Hotel juga baru ada satu, yakni OPI Mall dan Santika Premiere Hotel

Sekolah yang menggunakan PLTS atap ini pun adalah pesantren milik Yayasan Az-Zawiyah di Desa Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Yayasan pendidikan ini menggunakan PLTS Atap, karena adanya bantuan dari PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) melalui program CSR, pada tahun 2021 lalu, dan sampai sekarang infrastruktur listrik tersebut tetap digunakan.

Bantuan PLTS ini digelontorkan PTBA karena Yayasan Az Zawiyah menyediakan pendidikan secara gratis kepada para siswanya. Sebab, mayoritas siswa yang bersekolah di tempat ini berasal dari keluarga kurang mampu.

Adapun bantuan perangkat PLTS yang diterima dari PTBA berupa 18 keping panel surya, 2 unit inverter, 8 unit baterai, panel listrik 1 unit dan 1 set kabel dengan kapasitas 7 kWp. Daya listrik yang dihasilkan digunakan untuk 9 ruang kelas tingkat SMP, 10 ruang kelas tingkat SMK, Ruang Kepsek, Ruang Guru, Ruang Kantor, Ruang Tata Usaha, Ruang UKS, Ruang OSIS, Perpustakaan, Toilet dan Gudang.

Saat ini jumlah santri di pesantren ini 1.921 orang terdiri dari 374 siswa tingkat SMK, 247 siswa tingkat SMP, 58 guru dan 1.242 orang tua. Sebelum mendapatkan bantuan PLTS, Yayasan ini harus mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp 3 juta sebulan atau Rp 36 juta setahun. Namun sekarang, hanya sepertiganya saja dari biaya tersebut, karena listrik PLN masih tetap digunakan.

Pemasangan instalasi PLTS dilakukan oleh tim dari PT. Bukit Energi Servis Terpadu (PT. BEST) yang merupakan anak perusahaan PT. Bukit Asam Tbk. Diketuai oleh Achmad Hariyadi, tim pembuatan PLTS menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam waktu yang singkat. Hariyadi mengatakan, proyek ini tergolong singkat karena tim telah terbiasa dalam pembuatan PLTS, meskipun dengan tipe hybrid, yang berbeda dari pembuatan PLTS sebelumnya.

Ia juga menjelaskan bagaimana cara kerja PLTS ini. Solar cell atau panel surya yang dipasang di atas bangunan sekolah menangkap sinar matahari. Sinar tersebut lalu diubah menjadi arus listrik DC lalu disimpan di dalam baterai litium. Untuk bisa memanfaatkannya, arus listrik harus diubah dari DC ke AC. Pengubahan arus itu dilakukan oleh inverter.

Instalasi PLTS juga membutuhkan alat yang disebut solar control. Alat ini berfungsi mengontrol arus listrik yang masuk ke dalam baterai litium tetap stabil. Sebab, dalam waktu-waktu tertentu, sinar yang ditangkap panel surya bisa saja tidak stabil, sementara arus listrik yang masuk ke dalam baterai harus stabil.

Dari pemasangan perangkat ini, listrik yang dihasilkan oleh PLTS Atap adalah 6 kWp atau setara dengan 6.849 watt. Kebutuhan listrik yang diperlukan oleh Yayasan tersebut adalah sekitar 5.520 watt.

Tim berfoto bersama usai merampungkan perang PLTS di Pesantren Az-Zawiyah

Sekarang PLTS ini digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dan penerangan yang selama ini menggunakan listrik. Dengan penyelesaian pembangunan PLTS ini dapat menghemat biaya yang selama ini digunakan untuk konsumsi listrik.

Seiring waktu berjalan, sembari mendalami teknologi ramah lingkungan itu, Az Zawiyah juga menjadikan teknologi PLTS ini sebagai alat penunjang metode pembelajaran. Karena ukurannya yang tak terlalu besar serta baterai litium yang dipakai juga tidak besar, instalasi panel surya yang dimiliki sekolah sesekali dilepas lalu ditunjukkan kepada murid-murid. Mereka diperlihatkan bagaimana panel surya menyerap energi dari sinar matahari dan mengonversikannya menjadi listrik.

“Teknologi semacam ini sebenarnya sudah ada di buku pelajaran anak-anak. Anak-anak biar tidak melulu hanya belajar dari buku. Kami perlihatkan secara langsung, misalnya, bagaimana teknologi ini bisa menyalakan sebuah bola lampu. Pendidikan harus kongkrit dan ini merupakan bentuk partisipasi kita terhadap program penurunan emisi karbon secara nasional,” ujar salah seorang guru Az-Azwiyah kepada media ini.

PLTS Jakabaring Sport City

Kesadaran akan penggunaan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan di Palembang, sebenarnya sudah diterapkan pada tahun 2018 silam, dimana saat itu PLTS dibangun untuk kebutuhan komplek sarana olahraga Jakabaring Sport Centre (JSC). Apalagi saat itu ada moment internasional berupa pesta olahraga Asian Games ke XVIII.

PLTS Jakabaring Sport City di Palembang

Penggunaan PLTS ini tak lain agar ajang pesta olahraga kali ini bernuansa lebih hijau dan berwawasan lingkungan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah dibangun di kawasan olahraga Jakabaring berkapasitas 2 MW, dan merupakan PLTS terbesar di Sumatera. Ini merupakan proyek kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM), kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dalam pembangunan rendah karbon untuk pencegahan perubahan iklim.

Proyek Pembangunan PLTS Jakabaring merupakan salah satu dari 31 proyek JCM yang saat ini tengah diimplementasikan di Indonesia. Nilai total investasi dari kerja sama Indonesia dan Jepang ini telah mencapai 139 juta USD, dimana 83 juta USD berasal dari investasi pihak swasta Indonesia dan 56 juta USD merupakan subsidi yang diberikan oleh Pemerintah Jepang.

Produksi listrik yang dihasilkan per tahun PLTS Jakabaring yaitu 1,897 MWh/tahun, dan listrik hasil produksi ini dijual ke jaringan PLN berdasar peraturan yang berlaku, yaitu 85% dari Biaya Pokok Pembangkitan (BPP) setempat melalui Power Purchase Aggreement (PPA).

Tidak hanya memberikan akses listrik, hadirnya PLTS ini juga berperan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang signifikan, dengan total emisi CO2 yang dikurangi yaitu sebanyak 1.303 ton CO2/tahun. PLTS Jakabaring yang dibangun di lahan seluas 2 hektar ini, telah melaksanakan uji coba operasi sejak awal bulan Maret 2018 oleh PDPDE, dan sampai dengan sekarang telah mampu memproduksi energi bersih yang cukup signifikan bagi Stadion Olahraga Jakabaring dan kota Palembang.

Masuk Hotel dan Mall

Seiring berjalannya waktu, penggunaan PLTS di Palembang mulai dilakukan para pebinsis retail dan hotel.
Salah satunya salah satunya adalah Ogan Permata Indah (OPI) Mall, jalan Gubernur H. A Bastari, Jakabaring, Di bagian atap gedung pusat perbelajaan modern ini dipasang perangkat panel PLTS yang lumayan besar, yang berdaya listrik 618 kilowatt peak (kWp).

PLTS di Atap Gedung OPI Mall Jakabaring Palembang. (f/antara)

Pimpinan bidang komersialisasi perusahaan tenaga surya Sun Energy, Dion Jefferson, yang murupkan mitra OPI Mall mengatakan pengoprasian PLTS tersebut memberikan banyak manfaat, bukan hanya pihak industri retail saja tapi juga terhadap lingkungan.

Menurutnya, sejak Januari lalu OPI Mal mampu menghemat ongkos operasional listrik mereka hingga 30 persen per bulan ketimbang sebelumnya menggunakan listrik konvensional. Sebab, PLTS ini memanfaatkan panas matahari sebagai sumber tenaga listrik, sementara tenaga listrik konvensional sebagian besar dari batu bara.

”Jadi tidak salah jika OPI Mall telah berkontribusi menjaga kelesatrian lingkungan dengan menekan polusi udara (salah satunya asap hasil pembakaran batu bara),” katanya.

Dia menyatakan, atas manfaat yang dihasilkan, sebagai mitra pemerintah pihaknya terus mendorong percepatan akselerasi pemanfaatan tenaga surya sebagai Energi Baru Terbarukan (ETB) nasional. Di mana pihaknya sepanjang tahun 2022 mencatatkan telah menghasilkan 468 juta kWh energi bersih atau setara dengan 13 miliar pohon tertanam selama satu tahun atau telah mereduksi 421 juta kilogram CO2. Upaya tersebut tentu saja berkesinambungan dengan program pemerintah dalam percepatan pertumbuhan ETB nasional.

Terobosan yang sama juga sudah dilakukan pelaku bisnis perhotelan, di antaranya Hotel Santika Premiere Bandara dan Hotel Santika Radial Palembang dengan kapasitas daya sebesar 318,5 kWp. Penggunaan PLTS ini, selain menghemat biaya, juga menjadi alternatif bagi perusahaan perhotelan dalam mendukung program EBT nasional.

Bagi Gubernur Sumatera Selatan, H Herman Deru, kehadiran Program EBT melalui PLTS memang menjadi inspirasi bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha, bahkan dunia pendidikan. Artinya kebutuhan energi listrik konvesnsional dari PLN lewat jaringan kabel tidak lagi menjadi satu-satunya yang menjadi andalan.

Herman Deru juga menyebutkan pihaknya mendorong kalangan pebisnis, sekolah, komplek perumahan dan perkantoran untuk mulai menggunakan panel surya sebagai pembangkit listrik sebab jumlahnya masih sangat minim. Sebab, menurutnya, berdasarkan data Kementerian ESDM pertumbuhan EBT di Indonesia saat ini baru memiliki kenaikan rata-rata kenaikan sebesar 4,3 persen per tahunnya. Sementara pemerintah menargetkan realisasi bauran EBT nasional sebesar 23 persen pada 2025.

Saat ini, penggunaan panel surya berkapasitas besar di Sumatera Selatan baru dilakukan PLN dengan membangun PLTS berkapasitas sebesar 2 mega watt di pusat kegiatan olahraga Jakabaring Palembang sejak tahun 2018 dan kantor Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.

“Meski demikian, realisasi bauran EBT di Sumatera Selatan telah mencapai 20 persen pada tahun 2021 atau hampir mencapai target yang ditetapkan pemerintah sebesar 23 persen pada 2025,” tandasnya sembari berharap proram usara bersih dan ramah lingkungan ini, dapat terus mengalami peningktan. (dahri maulana)

Bagikan :