Bersama SKK Migas, Natuna Wujudkan Mimpi Menjadi Destinasi Wisata Dunia

NATUNA | Populinews.com — Nun jauh di ujung utara Indonesia, pulau yang menjadi bagian wilayah Propinsi Kepulauan Riau ini, sangat kaya dengan potensi alamnya. Di wilayah laut kaya Migas dan ikan. Di pantai kaya dengan bebatuan besar berusia ribuan tahun dan terumbu karang. Sementara di darat kaya dengan keragaman hayati flora dan fauna. Kabupaten Natuna, tidaklah berlebihan jika dijuluki ‘Berlian’ di beranda Indonesia.
Setiap kali pesawat udara yang ia tumpangi berada di atas pulau Natuna, Hadi Candra S.Sos, selalu rajin menjempretkan kamera handphone-nya dari jendela. Mengabadikan hijaunya hutan dan indahnya puncak gunung Ranai. Sesekali hasil klik camera HP itu dibagi-bagi (sharing) kepada rekan dan sejawatnya.
”Ma’af, sekedar memberi kabar, bahwa Natuna itu indahnya luar biasa jika dilihat dari atas,” begitu caption yang menyertai foto udara, yang dikirimkan anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau ini, kepada sejumlah group whatsapp yang ia miliki, beberapa pekan lalu. Bahkan foto udara gugusan Pulau – pulau Natuna yang dikelilingi laut lepas itu, dijadikan foto profil whatsapp-nya sendiri.

Hadi Candra, saat itu memang baru saja tiba di Natuna setelah menempuh dua jam perjalanan dari kota Tanjungpinang dengan pesawat Wing Air. Mantan Wakil Ketua DPRD Natuna ini memang tengah pulang kampung, karena ada tugas penting, terkait dengan jabatannya saat ini sebagai anggota legsilatif Provinsi Kepri dari daerah pemilihan Natuna I.
Sesungguhnya, apa yang dilakukan Hadi Candra, adalah bentuk kecintaannya yang luar biasa terhadap tanah kelahirannya. Ia ingin semua orang dimana pun berada, tahu bahwa Natuna adalah Kabupaten yang pantas disejajarkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Bisa dikunjungi setiap hari pulang pergi, tidak seperti dulu harus menunggu jadwal kapal yang datang 15 hari sekali. Atau jadwal pesawat yang sering tak menentu, kapan tiba dari Tanjungpinang, Batam atau Jakarta, dan kapan pula berangkatnya lagi dari Natuna ke rute penerbangan itu.
Kebiasaan Hadi Candra, acap kali pula dilakukan para pejabat teras dan Kepala OPD di lingkungan Pemkab Natuna. Biasanya lazim dilakukan setiap kali pesawat hendak mendarat ke Bandara Ranai. Mengabdikan keaslian pulau — sering disebut Pulau Bunguran ini — dari udara, seperti sudah menjadi panggilan jiwa bagi masyarakat dan pejabat Natuna setiap ada kesempatan naik pesawat terbang.
Natuna, memang bukan saja indah dalam jepretan kamera. Tapi sangat mempesona secara kasat mata. Kabupaten yang memiliki luas wilayah 264.198 kilometer persegi ini juga memiliki 154 pulau kecil yang bertabur di laut lepas. Pulau-pulau itu, banyak sekali memiliki lokasi wisata alam yang eksotik, terutama pantai dengan bebatuan raksasa yang berserak di hamparan pasir putih bersih. Belum lagi, keberagaman hayati flora dan fauna, baik di daratan maupun di dasar laut.

Selain itu, Natuna juga terkenal sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi, dengan konstribusi hampir 40% kebutuhan migas nasional. Natuna juga memiliki potensi ikan tangkap yang luar biasa besarnya. Tak heran pula, jika Susi Puji Astuti, semasa menjabat Menteri Perikanan dan Keluatan, paling sering bertandang ke Natuna. Bahkan, dikala sudah tak menjabat pun, ia masih rajin berkunjung, sekedar melepas kangen dengan laut Natuna dan para nelayannya.
Begitu besar potensi ikan dan migas itu, membuat Natuna selalu diusik Tiongkok, China. Bahkan belum lama ini sempat bersitegang dengan Indonesia, karena negara tirai bambu itu mengklaim Laut Natuna Utara, adalah milik mereka. China rupanya kesal, karena tak sedikit kapal-kapal ikan mereka ditangkap aparat TNI AL karena mencuri ikan di wilayah ZEE Indonesia.
Boleh jadi, bukan cuma persoalan pencurian ikan yang menjadi pemantik, tapi lebih dari itu, China tahu persis jika di periaran Natuna, masih banyak ladang gas dan minyak bumi yang belum diekplorasi. Potensi ini, yang kemungkinan besar mendorong pihak Tiongkok berspekulasi, mencoba show of force lalu mengerahkan kekuatan kapal perangnya, mengawal kapal-kapal ikan Tionngkok mengambil ikan di wilayah ZEE Indonesia.
Ihkwal potensi Migas Natuna ini, bisa dilihat dari data Kementerian Energi dan Sumberdaya Menieral. Saat ini Indonesia diperkirakan memiliki cadangan minyak minyak bumi berkisar 3,3 miliar barel. Sekitar 298,81 juta barel berada di wilayah Natuna Utara dengan total produksi 25 Ribu barel per hari.
Sedangkan gas bumi mencapai 144,06 TSCF (Triliun Standard Cubic Feet). Terdiri dari cadangan terbukti sebesar 101,22 TCF dan cadangan potensial sebesar 42,84 TCF. Cadangan gas terbesar di Indonesia juga berada di Natuna, tepatnya berada di Blok East Natuna sebesar 55,3 TCF. Selanjutnya disusul Blok Masela di Maluku 16,73 TCF, dan Blok Indonesia Deepwater Development (IDD) di Selat Makassar 2,66 TCF.
Total produksi minyak dari blok-blok yang berada di Natuna adalah 25.447 barel per hari. Sementara produksi gas bumi tercatat sebesar 489,21 MMSCFD. Berdasar data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), volume gas di blok East Natuna bisa mencapai 222 TCF (triliun kaki kubik). Tapi cadangan terbuktinya hanya 46 TCF, jauh lebih besar dibanding cadangan blok Masela yang 10,7 TCF. Data ini membuktikan bahwa cadangan Migas di Natuna, memang masih cukup besar.
Pjs Kepala Departemen Operasi SKK Migas Sumatera Bagian Utara, Haryanto Syafri, dalam Webinar, Kamis (6/8/2020) dengan tema “Kontribusi Industri Hulu Migas Mendukung Geopark Natuna” mejelaskan saat ini kegiatan usaha Hulu Migas di wilayah Provinsi Kepulauan Riau khususnya di wilayah operasi Laut Natuna Utara ada sepuluh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang beroperasi. Masing-masing 7 KKKS ekploitasi dan 3 KKKS ekplorasi.
Ketujuh perusahaan KKKS ekploitasi itu adalah (1) Medco Natuna PTE LTD South Natuna di wilayah Sea B Kepri. (2) Premier Oil Natuna Sea BV Natuna di wilayah Sea A Kepri. (3) Star Energy (Kakap) Ltd di wilayah Kakap Kepri. (4) PT. Mandiri Panca Usaha di wilayah Sembilang Kepri. (5) TAC Pertamina – PT. PAN (Pertalahan Arnebatara Natuna) di wilayah Udang Kepri. (6) Santos Northwest Natuna BV di wilayah Northwest Natuna Kepri. (7) Conrad Petroleum di wilayah West Natuna Exploration Ltd di wilayah Duyung Kepri.
Sedangkan ketiga perusahaan KKKS Eksplorasi adalah (1) PT. Medco Energi Natuna di wilayah Timur North Sokang Kepri. (2) Premier Oil Tuna BV di wilayah Tuna Kepri. (3) dan Kufpec Indonesia (Anambas) BV di wilayah Anambas Kepri.
Populinews.com mencatat, sebenarnya ada sekitar 17 Investor asing migas yang sempat melakukan ekplorasi di wilayah laut Natuna sejak tahun 2015. Namun belakangan ada beberapa investor yang mundur karena tingginya biaya operasional. Selain itu ada kekhawatiran banyak investor mengenai cadangan minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis pada 10 s/d 15 tahun ke depan. Namum bagi SKK Migas, hal tersebut bisa dihindari selama masih ada investasi eksplorasi di hulu migas.
Haryanto Syafri juga mengatakan di Laut Natuna Blok A Offshore terdapat 45 sumur, namun yang aktif digarap baru 37 sumur. Sedangkan Platform Anoa dan sumur Gajah Puteri menghasilan 154 BBTUD gas sales dan 2,400 Barrel minyak dan kondensat. Sedangkan Platfrom Gajah Baru, sumur Bison dan iguana menghasilkan 17 BBTUD gas sales.
Premier Oil Natuna Sea BV, mulai beroperasi di Indonesia khususnya di laut Natuna pada tahun 1996. Wilayah oprasionalnya terletak di lepas pantai laut Natuna (offshore production instalation driling, Supporting boats).
Sedangkan Medco EP Natuna Sea BV, melakukan aktifitas Pemboran Ekplorasi di 5 sumur, masing-masing sumur Baronag 2, Sumur Kanci 2, sumur terumbuk dan sumur West Belut 1, dan Sumur Buntal 5.
Sementara itu untuk Star Energy (kakap) LTD, sejarah lapangan Kakap berganti pemilik sebanyak 5 kali, diantaranya Marathon Petrolium, Clyde, Gulf, Conoco dan sekarang Star Energy.
Dalam pelaksanaan operasional, SKK Migas dan KKKS, meski di tengah Pandemi Covid-19, tetap berusaha mengoptimalkan produksi migas melalui penyelesaikan proyek pengembangan sumur. Aantara lain Sumur Buntal 5 sumur, yang berlokasi di Blok B, Kepulauan Natuna. Sumur Buntal 5 ini mulai berproduksi sebesar 40 MMSCFD.

Perjuangkan Geopark Nasional
Migas Natuna, juga menjadi andalan penyumbang PAD bagi provinsi Kepri dan tujuh daerah kabupaten/kota lainnya setiap tahun lewat Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Hanya saja menurut Bupati Natuna, Drs. H. Hamid Rizal, persentase nilai bagian Natuna masih perlu ditambah, mengingat Natuna sebagai daerah penghasil.
Tahun lalu, DBH untuk Kepri diperoleh sebesar Rp 1,3 Triliun, dan Natuna hanya kebagian Rp 20 Miliar. Kondisi ini sudah berlangsung sejak lima tahun terakhir, kendati setiap tahunnya, Bupati Hamid Rizal selalu berteriak minta ditambah, sebab dana sebesar itu tidaklah cukup membantu kontribusi peningkatan APBD Natuna.
Bagi SKK Migas sendiri, keinginan Natuna mendapat DBH lebih proporsional, adalah hal yang wajar. Namun pihaknya tidak bisa campur tangan soal itu, karena domain kewenangan pembagian DBH ada pada Kementerian ESDM. Kendati demikian, SKK Migas tetap berkomitment dan bertanggungjawab membantu Pemkab Natuna dalam melaksanakan pembangunan di semua sektor.
Tak ingin bergantung pada DBH Migas, Bupati Natuna Drs. H Hamid Rizal, MSi sejak dua tahun terakhir, akhirnya mencoba beralih fokus untuk mencari sumber PAD yang lebih mumpuni. Hamid faham benar, selain hasil Migas, Natuna juga menyimpan potensi lain yang jauh lebih prosfektif di masa depan, jika dikembangkan secara masif. Yaitu potensi pariwisata.
Natuna banyak memiliki pulau kecil dan pantai-pantai indah nan eksotis dengan pasir putihnya, hutan, sawah, ladang kelapa dan cengkehnya. Belum lagi perbukitan gunung dan fauna hutan yang unik dan masih lestari hinggga sekarang. Belum lagi keunikan ragam seni budaya lokal dan kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir.

Selain itu Natuna juga menyimpan potensi heritage geologi (edukasi kebumian). Siapa saja bisa belajar tentang banyak hal terkait sejarah terbentuknya bumi jutaan tahun silam, ketika berada di Natuna. Semua itu membuat Bupati Hamid Rizal pun semakin optimis untuk mengembangkan sektor pariwisata Taman Bumi ini.
Berbekal dukungan masyarakat dan DPRD serta SKK Migas, untuk pengembangan daerah berbasis potensi yang dimiliki, Pemkab Natuna mulai getol membuat kegiatan berkaitan dengan wisata. Sejalan dengan itu, Bupati Hamid Rizal pun berinisiatif mengajukan usulan ke pemerintah pusat untuk menjadikan Kabupaten Natuna sebagai kawasan Geopark Nasional dan Geopark Dunia atau Global Geopark Network (GGN) ke UNESCO.
Geopark tidak sama dengan Taman Nasional atau Taman Wisata buatan lainnya. Geopark, merupakan alat manajemen yang akan mengajak dan membawa pengembangan ekonomi regional yang berkelanjutan melalui (geo) wisata dengan berbasis pada masyarakat (community based tourism).
Artinya aspek utama dalam pengembangan geopark harus mengutamakan konservasi (perlindungan, pemeliharaan dan kebersihan), terhadap warisan geologi, warisna alam dan warisan budaya, yang dimanfaatkan untuk pendidikan non-formal bagi masyarakat serta untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Gayung rupanya bersambut, usulan Natuna yang ingin menjadi daerah Geopark Nasional’ mendapat respon positif. Pada 30 November 2019 pemerintah RI menetapkan Natuna sebagai salah satu dari 11 daerah Goepark Nasional Indonesia. Hal itu ditandai dengan penyerahan sertifikat dari Komite Nasional Geopark Indonesia oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, dalam sebuah pertemuan di Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sertifikat pengakuan status Geopark Nasional Natuna diberikan mencakup tujuh lokasi wisata.
Ada Delapan lokasi yang mendapat sertifikat Geopark Nasional 2019, masing-masing adalah Geopark Silokek (Sumatera Barat), Geopark Ngarai Sianok-Maninjau (Sumatera Barat) dan Geopark Sawahlunto (Sumatera Barat), Geopark Natuna (Kepulauan Riau), Geopark Pongkor (Jawa Barat), Geopark Karangsambung-Karangbolong (Jawa Tengah), Geopark Banyuwangi (Jawa Timur), dan Geopark Meratus (Kalimantan Selatan).
Sebelumnya, ada tujuh tempat yang sudah lebih dulu mendapat sertifikat sebagai geopark nasional yaitu Geopark Gunung Kaldera Toba (Sumatera Utara), Geopark Gunung Merangin (Jambi), Geopark Gunung Belitung (Bangka Belitung), Geopark Gunung Bojonegoro (Jawa Timur), Geopark Gunung Tambora (Nusa Tenggara Barat), Geopark Gunung Maros (Sulawesi Selatan), dan Geopark Gunung Raja Ampat (Papua).
Ada harapan besar tergambar manakala status Geopark Nasional sudah diraih Natuna. Itu terbukti adanya kedatangan Tim Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, untuk kedua kalinya ke Kabupaten Natuna belum lama ini. Kedatangan tamu perwakilan dari Negeri sakura itu, tak lain untuk melihat sektor pariwisata Natuna.
Takashi Sawada, sebagai perwakilan tim dari Kedubes Jepang itu menjelaskan bahwa tujuan kedatangan kali ini merupakan langkah awal mewujudkan rencana Negara Jepang membangun destinasi wisata bertaraf internasional di Kabupaten Natuna.
Takashi menuturkan, bahwa saat ini pihaknya memiliki hubungan kerja dengan beberapa travel agency dibidang wisata bawah laut, dengan kondisi terumbu karang yang masih alami dirinya meyakini bahwa spot penyelaman yang ada di Kabupaten Natuna akan memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan Jepang.

Upaya lain yang dilakukan Bupati Natuna, adalah melakukan promosi secara masif ke sejumlah negara, seperti ke Singapura, Malaysia, Jepang bahkan ke Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Eropa, lewat Dubes negara-negara tersebut di Indonesia. Tentu saja dengan harapan besar bisa menggandeng investor untuk membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur pendukung lainnya. Soal perizinan, Pemkab Natuna sudah berikrar untuk memberikan pelayanan terbaik, cepat dan terukur. Demikian pula dukungan keamanan dan regulasi lainnya.
Bupati Natuna juga selalu memenfaatkan moment untuk hadir pada setiap acara yang digelar pemerintah pusat terkait pengembangan wilayah perbatasan. Seperti yang digelar Kemenlu belum lama ini.
Tak ketinggalan, SKK Migas Sumbagut ikut aktif memfasilitasi pengembangan Geopark Natuna, berbagai kegiatan sosialisasi, penataan kawasan dan pemberdayaan masyarakat terus dilakukan dalam rangka mendukung kawasan Geoprak Nasional Natuna dikembangkan statusnya hingga Unesco Global Geopark (UGG).
Salah satu bentuk dukungan SKK Migas tersebut adalah pembangunan lokasi wisata Pantai Piwang (sebelumnya dikenal dengna nama pantai Kencana). SKK Migas, Sumbagut berkolaborasi dengan Kementerian PUPR, dan Pemerintah Natuna, secara bertahap melakukan penataan. Kawasan Pantai yang dulunya kumuh kini sudah berubah menjadi cantik, nyaman dan aman untuk dikunjungi.

Di sudut bagian utara pantai piwang SKK Migas Sumbagut mewujudkan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) berupa Taman Bermain Anak dan Fasilitas Olah Raga, yang dibangun melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) Medco E&P Natuna dan Premier Oil Natuna. Program ini diresmkan tanggal 28 Maret 2019 lalu.

Ada juga spot landmark berupa icon tulisan “Geopark Natuna” disisi bagian selatan Pantai Piwang. Selain ituSKK Migas bersama Medco E&P Natuna Ltd dan Premier Oil Sea B.V. secara bertahap membangun fasilitas umum, Rambu-Rambu di kawasan Geopark, juga Papan Plang dan Brosur tentang kawawasan Geoprak Natuna.
Pemkab Natuna pun sangat berterima kasih atas partisipasinya SKK Migas. Sebab, dengan disulapnya pantai Kencana — yang berubah nama menjadi pantai Piwang — menjadi tempat bermain dan tempat olahraga, sekaligus menjadi icon dan daya tarik tersendiri. apa lagi di taman pantai Piwang ini terdapat permain untuk Anak- anak.

Ketika menghadapi pandemi Covid-19 ini, SKK Migas dan KKKS di Wilayah Provinsi Riau terus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau khususnya Pemerintah Kabupaten Natuna untuk mencegah penularan Covid-19 serta membantu masyarakat terdampak Covid-19 dengan memberikan Medical Equipment maupun bantuan paket sembako kepada masyarakat sekitar daerah operasi dengan harapan dapat meringankan beban masyarakat.
Sebelumnya, SKK Migas bersama KKKS Medco E&P Natuna dan Premier Oil Natuna Sea juga memberikan bantuan peralatan mobiler Taman Bacaan Desa Batubi yang dikelola oleh Enisa Murof. Kontribusi dari Perusahaan itu berupa kursi, meja kerja, rak buku, meja bacaan anak-anak, laptop, projector dan speaker multimedia.

Saat ini taman bacaan memakai sebagian rumah keluarga Enisa yang terletak di pinggir jalan raya sehingga mudah diakses oleh anak-anak di sekitarnya.
Pada tahun 2017, Medco E&P Natuna dan Premier Oil Natuna Sea B.V. bersama-sama melakukan pembangunan pelantar rakyat di Desa Tanjung Pala, Kecamatan Pulau Laut. Ukuran pelantar yang didanai oleh kedua Perusahaan adalah 100 m x 3.20 m yang mulai dikerjakan oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) setempat pada Kuartal 3 tahun 2017 dan telah selesai pembangunannya pada akhir April 2018. Pembangunan pelantar ini merupakan program lanjutan tahun 2013 dan 2014 yang tersisa ± 800 meter.
Pembangunan plantar ini, tentu saja untuk membantu masyarakat desa yang bertempat tinggal di atas air, memudahkan tambatan kapal nelayan dan juga berfungsi sebagai pelabuhan perintis.
Kemudian ada juga bantuan alat radio komunikasi nelayan di perairan Natuna juga diserahkan oleh Medco E&P Natuna melalui Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota Ranai. Perlengkapan radio komunikasi tersebut digunakan untuk memantau pergerakan nelayan lokal dan keamanan laut dengan pertimbangan faktor cuaca yang ekstrim di musim-musim tertentu dan wilayah laut Natuna yang sangat luas.
Ada 8 Lokasi Geosite
Setelah puas menikmati Lanmark Geoprak Natuna di Pantai Piwang, wisatawan juga dapat mengunjungi 8 lokasi geoheritage yang ditetapkan oleh Badan Geologi Nasional yang masuk dalam Geopark Natuna. Yaitu Geosite Tanjung Senubing, Geosite Pulau Senue (Senoa-red), geosite Gunung Ranai, ketiganya berada di Kecamatan Bunguran Timur.
Sedangkan geosite Pulau Akar dan geosite Pantai Batu Kasah berada di Kecamatan Bunguran Selatan. Selanjutnya Geosite Pantai Gua Kamak berada di kecamatan Bunguran Timur laut dan Geosite Tanjung Datuk berada di kecamatan Bunguran Utara, sementara Geosite Pulau Stanau berada di kecamatan Pulau Tiga.

Salah satu destinasi Geopark di Ranai, Natuna yang juga cukup terkenal adalah Alif Stone Park. Sebuah kawasan pantai yang penuh bebatuan besar, namun terhubung dengan jembatan antara satu dengan lainnya. Alif Stone dimiliki Both Sudargo sejak 2006 lalu, awalnya hanya sebuah pinggiran pantai yang terdiri dari bebatuan besar di pesisir darat dan laut. Tapi kemudian disulap menjadi destinasi wisata yang mempesona.
Kenapa dinamakan Alif Stone? Alif dalam simbol Arab mirip angka satu. Dari puluhan batu (atau mungkin saja ratusan) jika dihitung, terdapat satu batu yang berdiri tegak dan yang paling tinggi di antara bebatuan lainnya. Dari situlah asal mula penamaan Alif Stone itu.
Pantai ini sangat menakjubkan karena pasir putihnya yang bersih. Selain itu, gugusan bebatuan raksasa dengan tekstur permukaan yang unik, dan air laut yang jernih. Dari lokasi ini pengunjung jika bisa melepas pandangan ke panorama Gunung Ranai sebagai latar belakangnya.
Mengenai jalur masuk bagi wisatawan, selain melalui Bandara Ranai dan Pelabuhan Laut Selat Lempa, pemerintah kabupaten Natuna juga telah membangun Pelabuhan Lintas Batas (PLB) di Pulau Serasan, Natuna. Meski hanya tipe C, pelabuhan ini akan menjadi gerbang lalu lintas wisatawan dari negera tetangga yang mengunakan transportasi laut.
Selain itu PLB Natuna, yang telah diperjuangkan sejak 2014 silam oleh Hadi Candra, S.Sos bersama timnya, semasa menjabat Wakil Ketua DPRD Natuna, juga menjadi gerbang investasi di Kabupaten Natuna, untuk masuknya investor, perdagangan komoditi seperti ikan dan hasil tanaman. Dengan PLB tentu perdagangan masyarakat Natuna ke luar negeri seperti Malaysia dan lainnya dapat lebih mudah.
Jaring Strategi Lewat Webinar
Begitu seriusnya perhatian SKK Migas terhadap pengembangan geopark Natuna, pada Kamis (06/07/2020) lalu digelar seminar online (Webinar), sekaligus launching lomba karya tulis bagi insen pers di Natuna, guna menampung masukan dari banyak pihak.
Adapun topik yang diunggah terkait upaya pengembangan Geopark Natuna yang berpilar pada aspek Konservasi, Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Penumbuhan Nilai Ekonomi Lokal melalui geowisata.

Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti, ketika membuka seminar daring ini mengapresiasi peran aktif SKK Migas dalam membantu Natuna mempromosikan Geopark Nasional Natuna,
” Kami atas nama pemerintah kabupaten Natuna mengucapkan terimakasih atas kontribusi SKK Migas terhadap kemajuan pembangunan Natuna khususnya dalam mensosialisasikan Geopark Nasional Natuna, melalui lomba karya jurnalistik untuk wartawan yang bertugas di Natuna,” Kata Wabub Natuna Ngesti Yuni Suprapti.
Ngesti menjelaskan bahwa Geopark Natuna merupakan Geopark ke-11 dari 15 Geopark yang ada di Indonesia, dan berharap status ini dapat dikembangkan menjadi salah satu sektor potensial yang bisa mendongkrak perekonomian masyarakat di Kabupaten Natuna.
” Saya berharap hasil karya tulis wartawan nanti mampu menyebarkan informasi terhadap kondisi riil sektor pariwisata yang sedang dalam proses pengembangan dan mampu menarik minat serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Natuna.” jelas Ngesti.
Kepala Dinas Pariwisata Natuna Hardinansyah, sebagai salah satu pembicara mengatakan bentang alam Natuna dari sisi utara hingga ke sisi selatan, menutupi hampir separuh sisi timur pulau Bunguran Besar, bentang alam ini memiliki keunikan kekayaan geologi yang lengkap. Sejumlah situs geosite berupa batuan granit berukuran raksasa dan berusia ratusan juta tahun, merupakan daya tarik utama dari situs Geopark Natuna.
Selain itu, dalam konsep Geopark ada penekanan sebuah kawasan Geopark tidak boleh berubah bentuk alaminya dan melibatkan peran aktif masyarakat setempat untuk menjaga dan mengelola sehingga bisa dimanfaatkan menjadi tempat penelitian, konservasi flora dan fauna dan lain-lain yang sifatnya tidak merubah kondisi alaminya,” ujarnya.
Ia menambahkan keindahan bentang alam Natuna, usia geologi tertuanya diperkirakan mencapai 188 juta tahun, kekayaan flora fauna langka endemic Natuna baik di darat maupun di laut serta berbagai kebudayaan lokal terus menjadi acuan bagi pemerintah Natuna menentukan arah pembangunan yang disesuaikan dengan konsep Geopark.
Sementara itu Ketua Jaringan Geopark Indonesia Budi Martono dalam kesempatan terpisah menjelaskan bahwa Geopark Natuna penuh dengan mega, mega bentang alamnya, mega budaya mega fauna flora.
“Selangkah lagi Geopark Nasional Natuna, bisa menjadi bagian dari Unesco Global Geopark (UGG). Kuncinya hanya satu, Serius!. Geopark bukan pariwisata tetapi di dalam geopark bisa dianfaatkan untuk pariwisata,” ujarnya
Penataan infrastruktur dasar harus jelas, konsepnya harus jelas dan berkesinambungan. Karena aman dan nyaman sangat penting, budaya local Natuna juga jangan sampe hilang, masyarakat pariwisata dunia tidak hanya melihat keindahan, tetapi juga ingin belajar, ingin mengamati sebuah pengalaman budaya local. (Arifin Mawi)
*) Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Karya Jurnalistik SKK Migas Sumbagut, di Natuna
Editor : Dahri Maulana
