PALEMBANG | Populinews.com – Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara dengan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, atau lebih cepat. NZE adalah kondisi ketika emisi karbon yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi. Pertamina sebagai perusahaan energi kelas dunia, turut mendukung program NZE.

Program NZE menjadi terkenal setelah Paris Climate Agreement 2015, bertujuan menekan pencemaran lingkungan yang berpotensi menyebabkan pemanasan global (global warming). Pengelolaan energi, menjadi fokus utama dalam mencapai NZE, dan berbagai negara, termasuk Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif.

Pemerintah Indonesia menerapkan lima prinsip utama untuk mengurangi jejak karbon dan mencapai NZE. Pertama, peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Kedua, pengurangan energi fosil. Ketiga, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi. Keempat, peningkatan pemanfaatan listrik di rumah tangga dan industri. Kelima, pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).

Dengan mengurangi jejak karbon dan berkomitmen pada kelima prinsip tersebut, Indonesia berharap dapat mencapai kondisi Net Zero Emissions pada tahun 2060. Tentunya, ini menjadi salah satu kontributor utama dalam upaya global menjaga keseimbangan iklim bumi.

Lalu bagaimana peran pertamina? Sebagai BUMN pengelola Migas kelas dunia, tentu saja tak tinggal diam. Pertamina sebagai perusahaan energi yang comply to regulation, sejak isu NZE digaungkan sudah turut mengambil tanggung jawab untuk menciptakan masa depan bumi yang lebih hijau.

Untuk merealisasikannya, Pertamina menjalankan dual growth strategy, atau strategi pertumbuhan ganda yang diterapkan Pertamina untuk mendukung transisi energi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Strategi ini dijalankan dengan mempertahankan dan meningkatkan bisnis eksisting dan menjadi warisan (legacy business) untuk menjamin ketahanan energi nasional, namun pada saat yang sama mengembangkan bisnis rendah karbon. Strategi tersebut dijalankan terhadap seluruh lini dan unit bisnis Pertamina Group.

Strategi ini juga dijalankan Pertamina pada Kilang Plaju dan Sungai Gerong. Sebagai salah salah satu unit bisnis warisan kolonial yang masih eksis dan masih beroperasi hingga kini. Kilang Plaju ini sejak dulu fokus pada pengolahan minyak mentah (crude) menjadi berbagai produk BBM dan Petrokimia.  Ia masih berdiri kokoh, meski berusia hampir 120 tahun.

Kilang Plaju dibangun oleh Shell pada 1904. Ada juga Kilang Sungai Gerong yang dibangun pada 1926 oleh Standard-Vacuum Petroleum Maatschappij atau lebih dikenal dengan Stanvac.

Dua kilang yang berdiri di pinggir Sungai Musi dan dipisahkan Sungai Komering itu, sejak tahun 2017 berada dalam pengelolaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III sebagai Subholding Refining & Petrochemical Pertamina.

Meskipun masih fokus pada bisnis hidrokarbon, Kilang Pertamina Plaju tetap mampu mengoperasikan bisnis yang mendukung roadmap NZE Indonesia.

Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, Siti Rachmi Indahsari menjelaskan, Kilang Pertamina Plaju fokus pada efisiensi energi dan emisi yang dalam proses operasional, serta terus berinovasi dalam produk yang dihasilkan.

Dalam lima tahun terakhir sejak 2020 hingga Juni 2024, Kilang Pertamina Plaju telah berhasil mereduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 964.186.38 ton CO2eq melalui program-program penurunan emisi yang telah disampaikan pada Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) tahun 2023-2024.

Beberapa program penurunan emisi tersebut di antaranya, substitusi fuel oil menjadi refinery gas, efisiensi energi, program Misi Musi (Minimize Loss Flaring melalui penambahan sistem kondensasi), reduce loss (COST-FLORESS), efisiensi BBM kendaraan perusahaan, hingga retrofit Freon ke Musicool, serta banyak lagi program lainnya.

Selain itu, Kilang Pertamina Plaju juga mulai memproduksi produk-produk ramah lingkungan, misalnya Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur, Biosolar B35. MFO LS merupakan salah satu alternatif ramah lingkungan untuk bahan bakar kapal karena menghasilkan emisi sulfur (belerang) yang lebih rendah. Selain itu, penggunaan MFO LS juga dapat membantu mengurangi pembentukan hujan asam dan pencemaran udara lainnya.

Sementara, B35 sebagai bahan bakar nabati lebih ramah lingkungan jika dibandingkan bahan bakar diesel yang tidak mengandung FAME. “Lebih ramah lingkungan karena menghasilkan buangan yang lebih bersih sehingga dapat mengurangi emisi karbon,” kata Rachmi.

Biodiesel B35 memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fossil. Ini karena biodiesel B35 mengandung oksigen yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida. Kedua, biodiesel B35 juga lebih ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan sulfur atau zat pencemar lainnya saat dibakar.

Selain itu, demi menopang proses bisnisnya tetap menggunakan energi bersih, perusahaan telah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas sebesar 2,25 Mega Wattpeak (MWp), dan terinstalasi juga Solar Cell yang menghasilkan energi listrik sebesar 3.000 Wp untuk operasional perkantoran di Plaju.

Ajak Masyarakat Melek EBT

Tidak hanya untuk kepentingan perusahaan, Kilang Pertamina Plaju pun turut mendorong agenda transisi energi bersih di masyarakat. Lewat berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan telah mengajak masyarakat memanfaatkan sumber daya alam sebagai sumber energi.

Lewat program Desa Energi Berdikari misalnya, merupakan salah satu program dari Kilang Pertamina Plaju yang bertujuan untuk mendukung masyarakat di 6 Desa/Kelurahan di Sumsel dalam mendapatkan akses energi dan terjangkau. Program ini menyasar 536 jiwa penerima manfaat di 6 desa dan kelurahan di Sumatera Selatan, dengan total 50,6 kWh EBT tersalurkan, dengan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), yang juga bertujuan untuk bersih membantu masyarakat mengembangkan potensi ekonomi dan menghadapi perubahan iklim.

“Menjelang usia 7 tahun PT KPI menjadi momentum berharga bagi kami untuk terus mengolah energi terbaik untuk negeri, berkomitmen dalam agenda pencapaian Net Zero Emission pada 2060, dengan terus mengadaptasi EBT untuk mendukung penuh target pemerintah,” kata Rachmi.

Dukung Prinsip SDGs dan ESG
Dengan beberapa ikhtiar ini, Kilang Pertamina Plaju turut berkontribusi dalam mendukung terwujudnya tujuan ketujuh dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), yakni menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua.

Hal ini juga tentunya mendorong diimplementasikannya aspek ESG oleh Pertamina, terutama pada sisi environment (lingkungan) dengan memproduksi Energi Baru Terbarukan (EBT). (red)

News Editor : Dahri Maulana

Bagikan :