PALEMBANG | Populinews.com – Ide briliannya, menciptakan alat pengubah emisi karbon atau gas rumah kaca menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT), menghantarkan Sultan Parega (22 Tahun), menjadi inovator terbaik, pada ajang Inovasi tingkat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2024. Ajang bergengsi itu diselenggarakan di Palembang, 21 November lalu.

Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) asal Kabupaten PALI ini, menciptakan alat yang dia beri nama “Fixed Bad Reactor” (reaktor Tempat Tidur Tetap). Alat ini digunakan untuk proses metanasi CO2, yakni mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi metana (CH4). Proses ini sering disebut sebagai metanasi CO2 atau reaksi Sabatier.

Pada reaktor ini, CO2 yang dihasilkan dari sumber emisi atau proses lainnya digabungkan dengan hidrogen (H2) melalui reaksi kimia untuk menghasilkan metana (CH4) dan air (H2O). Reaksi kimianya adalah: CO_2 + 4H_2 \rightarrow CH_4 + 2H_2O. Proses ini sekaligus menghasilkan energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan.

Reaktor tersebut, disebut Fixed Bed Reactor, karena katalisator yang digunakan untuk memfasilitasi reaksi ini dipasang di dalam lapisan tetap (fixed bed) di dalam reaktor, memungkinkan proses metanasi berjalan secara efisien.

Teknologi yang diciptakan Sultan tentu saja sejalan dengan program pemerintah dalam upaya melakukan dekarbonisasi dan menekan efek gas rumah kaca, sehingga tercipta lingkungan udara yang bersih dan nyaman. Untuk meciptakan alat tersebut, Sultan rela menghabiskan uang pribadinya sebesar Rp 16 juta.

Sultan Parega dan Alat Fixed Bed Reactor yang ia ciptakan untuk mengurangi pemanasan global. (f/dok.pribadi)

Terinspirasi Melihat Metanator PT Pusri

Sultan juga menjelaskan ide awal merangkai alat ini, muncul ketika ia magang di PT Pusri, produsen pupuk urea di kota Palembang. Ia setiap hari menyaksikan cara kerja teknologi metanator yang digunakan Pusri dalam upaya mengurangi emisi, sehingga tidak ‘mencemari’ udara dan berdampak semakin tingginya pemanasan global.

”Jadi dari situ muncul ide, untuk menciptakan alat yang bisa mengurangi pemanasan global tersebut, menjadi gas buang yang ramah lingkungan,” ujar Sultan kepada Populinews.com, Rabu (26/11//2024) melalui komunikasi Whatsapp.

Berawal dari berbagai riset dan membaca berbagai literatur, Sultan yang juga kader Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumatera Selatan ini, akhirnya bisa merangkai komponen Fixed Bed Reator tersebut dengan sempurna, dan hanya butuh waktu satu bulan.

“Sebagai kader Pelajar Islam Indonesia, saya merasa terinspirasi untuk menciptakan solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga mendukung keberlanjutan energi. Penghargaan ini adalah hasil dari dedikasi saya dalam riset dan pengembangan untuk mengatasi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, yaitu pemanasan global,” ujar Sultan Parega.

Inovasi Sultan mendapat apresiasi tinggi dari juri karena memiliki potensi untuk diaplikasikan secara luas dalam industri dan sebagai salah satu solusi pengurangan emisi gas rumah kaca.

Sultan berharap, dengan penghargaan ini, riset yang ia lakukan bisa lebih berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan.

Dengan prestasi ini, Sultan Parega yang juga Bendahara Umum PW PII Sumsel ini, telah membuktikan bahwa mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya dan kader PII Sumatera Selatan memiliki kreativitas dan kapasitas yang luar biasa dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi dunia.

Prestasi ini juga menjadi bukti bahwa generasi muda dari Kabupaten PALI dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan solusi energi yang lebih berkelanjutan. (dm)

News Editor : Dahri Maulana

Bagikan :