Sejumlah Daerah di Sumsel ‘Kecolongan’, Titik Api Mulai Mebakar Lahan dan Hutan
PALEMBANG | Populines.com – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumsel, yang dikhawatirkan terjadi ketika tiba musim kemarau, kini mulai terbukti. Sejumlah daerah ‘kecolongan’. Muara Enim, menjadi salah satu wilayah paling parah sejak semingu terakhir. BPBD Sumsel mencatat ada tiga kabupaten yang kini terpantau, sudah memunculkan titik api pada level hight. Sedangkan sepuluh daerah lainnya pada level premiun (sedang) dan low (rendah).
Raung sejumlah helikopter, empat hari terakhir mulai akrab di telinga masyarakat Kabupaten Muara Enim. Ya, pesawat berbaling-baling panjang itu, milik BPBD Sumsel dan TNI AU. Dikirim dari Lanud Palembang untuk memadamkan api yang melahap pohon-pohon dan semak belukar yang terus melebar.
Dalam sehari, sedikitnya 30 kali helikopter itu wara-wiri sambil membawa balon air yang ditumpahkan ke titik api dari udara. Namun, upaya tersebut belum berhasil memadamkan seluruh lahan yang terbakar. Bahkan sampai saat ini, api masih terus merebak dan melumat ranting pepohonan, semak belukar dan ilalang yang memang sudah mengering.
Titik api, menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Muara Enim, Abdurrozieq Putra, mulai terpantau sejak 1 Agustus lalu. Pertama terpantau di areal milik perusahaan perkebunan swasta di wilayah Kecamatan Sungai Rotan. Namun, darimana sumber api, belum diketahui. Apakah karena ulah manusia atau fenomena alam, belum jelas.
Sejak itu tim pemadam api mulai dikerahkan melalui jalur darat untuk mencapai lokasi. Namun tim kalah cepat, dibanding gerak rambat api. Tim lamban, Karena jalur lintas yang dilalui tidak bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua, apalagi roda empat. ”Tim BPBD bersama Manggala Agni, serta TNI dan Polri hanya bisa berjalan kaki sambil membawa peralatan pemadaman, seperti pompa air dan selang karet,” ujar Abdurrozieq, Rabu (7/8/2024) sore.
Sulitnya mencapai titik api dengan cepat inilah, yang membuat pemadaman secara total belum berhasil. Satu titik berhasil dipadamkan, namun titik api lainnya terus meluas. Bahkan sekarang, kebakaran mulai merambah ke hutan lindung yang ada di dua kecamatan lainnya. Yakni kecamatan Muara Belida, dan Gelumbang. Perkiraan sementara sebaran api sudah melahap lahan 33 hektar.
Memang, Karhutla yang terjadi di Muara Enim belum membuat langit berkabut asap. Sebab, sesekali masih turun hujan dengan intensitas rendah dan durasi sangat sebentar. Tentu saja, curah hujan tersebut tidak membuat api yang membakar lahan dan hutan menjadi padam, kecuali hanya menghilangkan kabut asap di udara.
”Agar kebakaran tak terus meluas, kami meminta bantuan BPBD Sumsel untuk melakukan pemadaman melalui udara atau water booming. Dan alhamdulillah hari ini sudah hari ke empat. Water booming dilakukan dengan mengerahkan 2 Helikopter dengan sasaran titik-titik api yang tidak bisa dijngkau dengan jalan kaki,” kata Abdurrozieq.
Ia juga mengaku tidak bisa memprediksi berapa lama tim akan berhasil menjinakkan sebaran api. Sebab, sebagian lahan yang terbakar adalah lahan bergambut. Yang pasti, upaya tersebut dilakukan dengan mengerahkan seluruh kemampuan perangkat dan melibatkan 100 lebih tenaga pemadam. Mereka disebar ke tiga Posko yang dibentuk, yakni Posko Induk (Kantor BPBD Muara Enim), Posko Gelumbang dan Posko Muara Belida.
Pj. Bupati Muara Enim, H. Henky Putrawan, juga mengaku prihatin ketika mengetahui kebakaran lahan dan hutan di wilayannya. Bahkan ia meminta dilakukan penindakan tegas bagi oknum yang membuka lahan baru dengan cara membakar lahan sembarangan.
”Tiga wilayah yang terbakar itu, adalah lahan gambut. Harusnya terjaga dari tindakan membakar, karena pasti itu akan menjadi kebakaran besar.,” ujarnya saat memimpin Apel Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Menghadapi Bencana Karhutla, Rabu pagi (07/8/24).
Tiga Kabupaten Rawan
Sesungguhkan, ihkwal bencana Karhutla jauh hari sudah diantisipasi Pemerintah Provisi Sumsel. Bahkan sejak awal tahun 2024, berulangkali Pj Gubernur Sumsel, semasa Agus Fatoni, menggelar rapat dengan seluruh Bupati dan Walikota termasuk pimpinan Forkopimda masing-masing. Topik yang dibahas, adalah bagaimana melakukan pencegahan dini Karhutla.
Agus Fatoni memberikan perhatian khusus terhadap Kahrhutla, karena ia mendapatkan informasi dari BMKG, bahwa di pertengahan tahun, akan terjadi kemarau panjang. Cuaca ekstrim sangat mungkin terjadi akibat pengruh elnino.
Berlanjut di era Pj Gubernur Sumsel, Elen Setiadi, persoalan Karhutla juga menjadi skala prioritas utama yang harus diantisipasi. mengatakan, ada dua penyebab Karhutla bisa terjadi. Pertama karena ulah warga yang membuka lahan pertanian dengan acara membakar, atau lazin disebut “sonor”. Cara ini juga dianggap bisa memuat lahan menjadi lebih subur. Kedua, karena faktor alam.
Dalam beberapa kali rapat dengan BPBD, TNI – Polri serta stakeholder lainnya, Elen Setiadi selalu menekankan pentingnya kesiap-siagaan dan koordinasi antar instansi untuk menghadapi potensi kebakaran hutan, kebun, dan lahan. Ia juga mengingatkan agar Posko Pengendalian dan Pemantauan yang dibentuk di masing-maisng daerah, harus benar-benar diaktifkan.
“Kita harus bekerja sama secara efektif dan efisien untuk mencegah dan mengendalikan Karhutbunlah. Aktivasi posko ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan kita dalam menghadapi musim kemarau yang rentan terhadap kebakaran,” ujarnya.
Tapi apa yang terjadi, ternyata di beberapa ternyata masih kecolongan. Seperti di Muara Enim. Bahkan Kepala Pelaksana BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana, melalui Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, mengatakan, saat ini ada tiga kabupaten, yang sudah menghadapi munculnya titik api dengan level tinggi (hight).
Masing-maisng adalah Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan Banyuasin. Bahkan, ketiganya sudah ditetapkan berstatus siaga darurat karhutla oleh BPBD Sumsel maupun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Sementara beberapa kabupaten lainnya, juga mulai muncul pada level sedang dan rendah.
Beberapa Kabupaten lain, jelas Sudirman, juga mengalami Karhula, yang levelnya bervariasi. Jika dikalkulasi totalnya ada sekitar 45 titik hotspot. Ini data sampai akhir Juli 2024.
Berdasarkan data yang dihimpun Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Sumsel, 45 titik hotspot tersebut, level high berada di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Musi Rawas (Mura) masing-masing dua titik, Musi Banyuasin (Muba) tiga titik, Musi Rawas Utara (Muratara).
Kemudian, untuk tingkat level medium berada di Kabupaten Mura empat titik, Ogan Ilir (OI) satu titik, Muara Enim tiga titik, PALI tujuh titik, Muba 10 titik, Lahat dua titik, Muratara dua titik dan OKU Timur satu titik.
Sementara hotspot level low atau rendah, berada di Kabupaten Muratara satu titik dan Ogan Komering Ilir (OKI) satu titik.
Berkaca dari kasus Karhutla tahun 2023, Sumsel menjadi penyumbang asap terbesar setelah Riau, yang menyebabkan terjadinya kabut tebal. Bahkan dampaknya sampai ke Singapura dan Malyasia. Dua negara tetangga ini tentu protes keras. Bahkan gara-gara asap Sumsel itu, Indonesia dianggap sebagai negara yang tidak peduli dengan lingkungan. Padahal, asap itu juga berasal dari beberapa provinsi di Kalimantan.
Karena itu, demi menjaga marwah negara, Presiden Jokowi pun meminta semua daerah yang memiliki lahan kosong (terlantar), hutan lindung dan perkebunan yang masih luas, agar memberikan perhatian serius terhadap masalah Karhutla ini. Apalagi untuk daerah-daerah yang memilik lahan gambut. (Dahri Maulana)