Kopi Robusta “Harapan Baru” Petani Sawahlunto Bersama Bukit Asam
SAWAHLUNTO | Populinews.com – Beby Candra (38), biasa dipanggil Abi. Dulu, tidak pernah membayangkan bisa berkecimpung di dunia perkebunan kopi. Tapi berkat dukungan dari program sustainability PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Abi kini memiliki usaha yang sekaligus menjadi harapan cerah di masa depan.
”PTBA, telah membimbing kami untuk mewujudkan “Harapan Baru” dari setiap biji kopi Robusta yang kami tanam di lahaan bekas tambang batubara,” ujar Abi dalam satu kesempatan kepada tim media dari humas PTBA.
Abi berkisah, awalnya, para petani, sama sekali buta tentang budidaya kopi. Namun, PTBA benar-benar serius dalam memberikan bimbingan teknis. PTA juga mengirim petani untuk studi banding langsung ke sentra kopi di Semende Sumatera Selatan, Aceh, dan Medan.

Di sana, para petani berkesempatan belajar dari para ahli, termasuk Profesor Surip Mawardi, yang membuka mata petani tentang potensi besar kopi di lahan Sawahlunto. Sebuah penalaman yang sangat berharga, menyadarkan petani bahwa lahan yang dulu sepi kini bisa menghasilkan kopi berkualitas tinggi.
Sepulang dari studi banding, PTBA terus mendukung petani. Pelatihan komprehensif tentang budidaya kopi dari hulu hingga hilir diberikan oleh tim ahli. Petani dibekali dengan pengetahuan miulai dari pembibitan, penanaman, hingga pengolahan pasca panen.
”Kami bahkan dibantu untuk membentuk kelompok pembibitan sendiri, memastikan kami bisa mandiri dalam menyediakan bibit berkualitas. Sejak dibina pada tahun 2020, program ini telah merambah empat kecamatan di Kota Sawahlunto, yaitu Barangin, Silungkang, dan Lembah Segar,” tutur Abi.
PTBA tidak hanya memberikan ilmu, tapi juga bantuan peralatan pengolahan kopi modern seperti Huller, Pulper, mesin pembubuk, sangrai, dan roasting. Dengan mesin-mesin ini, para petani bisa mengolah biji kopi sendiri, meningkatkan kualitas, dan tentu saja, nilai jual produk kopi yang dihasilkan.

Kini, kopi Robusta Sawahlunto bukan lagi sekadar impian. Petani bahkan memiliki Kafe Arang sendiri, sebagai wadah untuk memasarkan kopi, sekaligus menjadi tempat berkumpul masyarakat. Yang lebih membanggakan lagi, kopi dari Sawahlunto ini pernah berhasil diekspor hingga 100 kg ke China.
PTBA telah membawa petani, 70 anggota kelompok tani, menjadi “pilot” yang mampu menerbangkan harapan baru. Dari yang tadinya tidak memiliki kapasitas di bidang kopi, kini petani bisa menghasilkan rata-rata Rp 6-7 juta per bulan.
Ini bukan hanya soal pendapatan, tapi tentang perubahan pola pikir, tentang bagaimana lahan bekas tambang dapat diubah menjadi sumber kesejahteraan dan keberlanjutan bagi kami serta generasi mendatang. (hms/adv)
